WAHYU DAN ILHAM
Kamis, 09 Mei 2019
Add Comment
WAHYU DAN ILHAM
DiTulisan sebelumnya ulumul Qur’an
merupakan hasil kreasi manusia yang didapatkan melalui ilham, pada tulisan ini
kami mencoba mengurai perbedaan antara Whyu dan Ilham.
Meskipun
secara bahasa tidak ada perbedaan antara wahyu dan ilham, namun keduanya adalah
dua sisi yang membedakan kualitas manusia: antara Nabi dan bukan Nabi. Ilham
diberikan kepada setiap manusia, sedangkan wahyu hanya diberikan kepada para
Nabi. Meski keduanya berasal dari Allah, namun cara penerimaannya berbeda.
Ilham adalah penyusupan makna,pemikiran, kabar, atau hakikat dalam hati lewat limpahan
karunia batin dari Allah SWT. Jalan untuk mendapatkan ilham bisa lewat usaha
rohani maupun tanpa usaha (Yusuf Qardhawi, 1997:16).
Ketika menafsirkan
surat al-Syam 8 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
“Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya”, Habib
Quraish Shihab menulis pemahaman tentang ilham:
“memang ilham atau intiusi datang
secara tiba-tiba tanpa disertai analisis sebelumnya, kedatangannya bagaikan
kilat dalam sinar kecepatannya, sehingga manusia tidak dapat menolaknya,
potensi ini ada pada setiap insan, walaupun peringkat dan kekuatannya antara
seeorang dengan orang lain.
Setiap manusia pasti
medapatkan pengetahuan mengenail hal yang baik dan buruk berdasarkan akalnya. Pengetahuan
ini merupakan ilham dari Allah SWT. Kelanjutan pengetahuan dalam sikap dan
perbuatan merupakan kehendak manusia. Agar manusia cenderung berbuat baik dan
meninggalkan perbuatan buruk, maka Allah mengutus para Nabi yang telah
mendapatkan wahyu dari-NYA. Dengan demikian, Allah SWT maha pengasih dan maha
penyayang, karena memberikan ilham kebaikan dan keburukan kepada manusia serta
mengutus para Nabi untuk memberikan petunjuk kepada manusia menuju jalan yang
benar.
Manusia dengan akalmya yang
diberi ilham saja tidak cukup untuk menapaki jalan kebenaran. Tidak jarang
keinginannya menerobos kebenaran yang diyakininya, sehingga kebenaran menjadi
Subyektif yang diukur sesuai dengan keinginannya. Karena itu, wahyu sangat
diperlukan bagi manusia. Wahyu tidak hanya disampaikan, tetapi juga harus
dilaksanakan oleh penerima wahyu. Hanya manusia pilihan Allah yang diberi wahyu.
Dengan wahyu yang diterimanya Nabi wajib melaksanaknya sekaligu menjadikan
contoh dalam pelaksanaanya.
Al-Qur’an adalah hasil
Wahyu, bukan Ilham. Ketika menerima Wahyu al-Qur’an, badan Nabi terasa sangat
berat sehingga keringatnya bercucuran. Meski demikian, Nabi SAW seneng
menerimanya. Nabi SAW pernah tidak menerima wahyu dalam jangka waktu yang lama.
Nabi sedih. Masyarakatpun mengolok-olok Nabi sebagai orang yang telah ditinggal
Tuhannya. Akhrihya, turunlah surat al-Dluha. Nabi SAW pun kembali bahagia. Terkadang
Nabi berharap datangnya wahyu. Namun, kedatangannya pun tidak tepat. Padahal Nabi
SAW diminta mengatasi permasalahannya. Demikian ini erupakan lika-liku
penerimaan wahyu oleh Nabi SAW. Bukan kehendak Nabi, tapi kehendak Allah SWT.
Nabi Muhammad adalah manusia terahir yang mendaptkan wahyu, selanjutnya manusai
hanya bisa mendapatkan ilham. Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang
berdasarkan wahyu, berikutnya hanya buku yang ditulis berdasarkan ilham. Selain
Wahyu al-Qur’an, Nabi SAW juge menerima Wahyu diluar al-Qur’an yang disebut
Hadist. Dengan demikin Hadist berdasarkan Wahyu bukan berdasarkan Ilham.
4 RAMADHAN 1440/9 MEI 2019
0 Response to "WAHYU DAN ILHAM"
Posting Komentar