PePELENG JAWA

“Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti”

WAHYU DAN ILHAM


WAHYU DAN ILHAM
DiTulisan sebelumnya ulumul Qur’an merupakan hasil kreasi manusia yang didapatkan melalui ilham, pada tulisan ini kami mencoba mengurai perbedaan antara Whyu dan Ilham.
                Meskipun secara bahasa tidak ada perbedaan antara wahyu dan ilham, namun keduanya adalah dua sisi yang membedakan kualitas manusia: antara Nabi dan bukan Nabi. Ilham diberikan kepada setiap manusia, sedangkan wahyu hanya diberikan kepada para Nabi. Meski keduanya berasal dari Allah, namun cara penerimaannya berbeda. Ilham adalah penyusupan makna,pemikiran, kabar, atau hakikat dalam hati lewat limpahan karunia batin dari Allah SWT. Jalan untuk mendapatkan ilham bisa lewat usaha rohani maupun tanpa usaha (Yusuf Qardhawi, 1997:16).
 Ketika menafsirkan surat al-Syam 8 فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا 
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya”, Habib Quraish Shihab menulis pemahaman tentang ilham:
 “memang ilham atau intiusi datang secara tiba-tiba tanpa disertai analisis sebelumnya, kedatangannya bagaikan kilat dalam sinar kecepatannya, sehingga manusia tidak dapat menolaknya, potensi ini ada pada setiap insan, walaupun peringkat dan kekuatannya antara seeorang dengan orang lain.


            Setiap manusia pasti medapatkan pengetahuan mengenail hal yang baik dan buruk berdasarkan akalnya. Pengetahuan ini merupakan ilham dari Allah SWT. Kelanjutan pengetahuan dalam sikap dan perbuatan merupakan kehendak manusia. Agar manusia cenderung berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruk, maka Allah mengutus para Nabi yang telah mendapatkan wahyu dari-NYA. Dengan demikian, Allah SWT maha pengasih dan maha penyayang, karena memberikan ilham kebaikan dan keburukan kepada manusia serta mengutus para Nabi untuk memberikan petunjuk kepada manusia menuju jalan yang benar.
            Manusia dengan akalmya yang diberi ilham saja tidak cukup untuk menapaki jalan kebenaran. Tidak jarang keinginannya menerobos kebenaran yang diyakininya, sehingga kebenaran menjadi Subyektif yang diukur sesuai dengan keinginannya. Karena itu, wahyu sangat diperlukan bagi manusia. Wahyu tidak hanya disampaikan, tetapi juga harus dilaksanakan oleh penerima wahyu. Hanya manusia pilihan Allah yang diberi wahyu. Dengan wahyu yang diterimanya Nabi wajib melaksanaknya sekaligu menjadikan contoh dalam pelaksanaanya.
             
Al-Qur’an adalah hasil Wahyu, bukan Ilham. Ketika menerima Wahyu al-Qur’an, badan Nabi terasa sangat berat sehingga keringatnya bercucuran. Meski demikian, Nabi SAW seneng menerimanya. Nabi SAW pernah tidak menerima wahyu dalam jangka waktu yang lama. Nabi sedih. Masyarakatpun mengolok-olok Nabi sebagai orang yang telah ditinggal Tuhannya. Akhrihya, turunlah surat al-Dluha. Nabi SAW pun kembali bahagia. Terkadang Nabi berharap datangnya wahyu. Namun, kedatangannya pun tidak tepat. Padahal Nabi SAW diminta mengatasi permasalahannya. Demikian ini erupakan lika-liku penerimaan wahyu oleh Nabi SAW. Bukan kehendak Nabi, tapi kehendak Allah SWT. Nabi Muhammad adalah manusia terahir yang mendaptkan wahyu, selanjutnya manusai hanya bisa mendapatkan ilham. Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang berdasarkan wahyu, berikutnya hanya buku yang ditulis berdasarkan ilham. Selain Wahyu al-Qur’an, Nabi SAW juge menerima Wahyu diluar al-Qur’an yang disebut Hadist. Dengan demikin Hadist berdasarkan Wahyu bukan berdasarkan Ilham.  

4 RAMADHAN 1440/9 MEI 2019 


0 Response to "WAHYU DAN ILHAM"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel