PePELENG JAWA

“Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti”

Makom Kewalian Mbah Moen, oleh Abah Luthfi

Sabtu, 15 Muharram 1441, Al Habib Muhammad Luthfi dalam acara peringatan 40 hari atas meninggalnya KH. Maimoen Zubair.
"Belum lama, kita-kita ini baru kehilangan, untuk sementara waktu sulit mencari pengganti,sedangkan perkembagan situasi, yang perlu banyak dari kita-kita ini sebagai perpanjangan tangan beliau menunjukkan kemahabbahan kecintaan kepada para beliau, mengamban amanat yang cukup berat dari beliau, maka dari itu dengan adanya sekarang peringatan ke 40 hari cambuk untuk kita semuanya bukan sekedar kita tahlil atau memperingati 40 hari. Dengan bekal 40 hari atau nanti 100 hari bisa membawa kita ke depan atau tidak, sebagai harapan Mbah Maimoen selaku regenerasi menjawab tantangan umat dan tantangan zaman, ini tugas untuk kita semuanya, dan bukan suatu hal yang enteng/ringan karena perkembangan-perkembangan zaman. Saya sedikit mengingat sejarah, ketika Rasululloh SAW, satu sisi beban yang akan dihadapi umat, Rasul telah memberi ketauladanan yang luar biasa, Hadist ini yang diriwayatkan oleh Abi Iskha "ketika didatangi sayyidina Jibril AS dan di situ bersama sayyidina Isro'il, Beliau bertanya bagaimana rasanya ketika sakaratil maut? setelah mendapatkan jawabpan bagaimana pedihnya, rasanya sakaratul maut yang akan dialami, doa terahir Rasul minta kepada Alloh SWT untuk menunjukkan bagaimana rasa tanggung jawab seorang Rasul, seorang pimpinan terhadab umatnya, beliau mohon kepada Alloh sesakit apapun, "sedahaga apapun, selapar apapun, ketika sakaratul Maut yang akan menimpa pada umatnya cukup aku tanggung untuk saya sendiri jangan sampek terjadi pada umatnya. warotsah ini telah nyampe pada al-warotsah. jangan dikira orang-orang seperti Mbah Maimoen ini adalah orang-orang merdeka?. ada Khususiyah yang ditanggung beban umat dipundaknya dan dibawa mati oleh beliau, bagaimana yang satu Auliya' menanggung bala-nya umat, yang satu Auliya' mempunyai khimayah-khimayah yang luar biasa, termasuk tugas Mbah Maimoen ini bagian hablul bala' di Indonesia, itu tugas beliau. beruntunglah oranf-otrang yang mau mengambil ilmu dari beliau. perjuangan beliau selelu berkiblat kepada Wali Sembilan, jangan kita mempunyai prasangka bahwa Auliya-Auliya yang ada di Indonesia ini kiranya makomnya tidak ada yang di sebagian negara-negara yang lain. Qutbil Qhous yang ada di Indonesia ini lebih daripada 80 orang. yang Qutub banyak sekali seperti Maulana Sulthon Auliya' wal Arifin Sayidi Imam Ibrahim Magdum bin Akhmad Rohmatillah, jadi Auliya-Auliya sembilan khususnya yang ada di Indonesia Dzuriyah Imam Ali, Dzuriyah Sayidi Abu Bakar Sidiq Dzuritatul Fatimah  Dzuriyah Rasul. beliau terkenal Sulthon Auliya fil Zamani fil Jawa "Sunan Bonang", yang kedua Maulana Hasyim "Sunan Drajat" itu termasuk, yang ke tiga Maulana Syarif Hidayatulloh itu payungnya indonesia, Khimayatu Indonesia. dan diteruskan oleh regenerasi regenerasi, belum yang Qutub-qutub setelah Beliau-beliau di Jawa Timur itu kaya apa banyaknya, jata tengah tidak ketinggalan, jawa barat juga sama. jadi di Indonesia itu mempunyai paku-paku, pian-piyan yang perlu dijadikan contoh untuk kita semuanya, bagaimana cara perjuangan-perjuangan beliau, kita menjadi ulama' jadi Kiyai enak, maaf saja, datang sudah Thola'al Badru 'Alaina ada yang pakai Sholawat makannya Khusus, minumannya gelasnya khusus nanti pulang amplopnya kita tidak tau?, tapi apakah kita tidak pernah berfikir ketika eyangnya Mbah Maimoen masuk ke daerah sarang? kita tarikkan lagi ke wali sembilan yang terdahulu? apa dianggapnya wali-wali dahulu enak seperti kita-kita sekarang ini? menghadapi orang yang belum  mengerti beriman, bersuci kencing pun belum ngerti bercebok, bagaimana yang dihadapi yang masih separo telanjang dan lain sebagainya? dengan tabah dan sabarnya karena selalu mengharabkan orang itu baik mendapatkan Taufiq dan Hidayah dari Alloh, kita sudah berhadapan dengan yang seperti itu tidak? jangan kita menjadi umat madhil kubur! orang yang memuji setelah beliau meninggal. apakah kita kita ini akan menjadi orang madhil kubur? coba kalau kita hidup di zaman Sunan Kali Jaga  mungkin kita akan menjad orang yang ingkar dengan beliau karena beliau bermain gending/musik, yang ngukur wali itu siapa?  dan sekarang kita mengatakan Sunan kali jogo itu luar biasa. dan bagaimana Auliya-auliya terdahulu di teruskan oleh wali sembilan mengajarkan Arkanu Wudhu, mubtilatul Wudhu,Arkanu Sholah  dan lain sebagainya dan memberikaan satu contoh kiyai-kiyai kita di pegunungan-pegunungan tidak cukup dari itu saja bagaimana para beliau merintis, membawa beliau para murid-muridnya dengan yenenganya sendiri dengan ongkos nya sendiri dengan keuangannya sendiri, bahkan santri yang ikut beliau yang tidak pernah mendapatkan sangu dari kedua rang tuanya di jamin di tanggung oleh ulama-ulama kita dikenalkan kepada para ulama dikenalkan kepada para Habaib? kita tau selaku Ahlil bait tinggal dicintai,tinggal didemeni, datang di cium tangannya, yang kebetulan ada Rizqinya kita dapat rizqi dari para Muhibbin jasa dari siapa? jasa dari bagian seperti Mbah Maimoen-mbah maimoen, tapi sekarang kemana mbah Maimoen-mbah Maimoen itu tanggung jawab kita bersama untuk membangkitkan berapa ribu Mbah Maimoen mbah Maimoen supaya hidup di Indonesia ini menjadi penenang umat, menjadi penyejuk umat dan seterusnya,"
kemudian Habib Luthfi memmpin do'a diringi dengan tangisan para hadirin mengamini Beliau.
selengkapnya bisa di lihat di https://www.youtube.com/watch?v=avhNM5r86iw
 

0 Response to "Makom Kewalian Mbah Moen, oleh Abah Luthfi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel